Demokrasi Telah Membawa pada Kemerdekaan Sejati?

Kemerdekaan itu hakikatnya rumit. Kata Mandela, jiwa paling sulit merdeka. Dan hanya sedikit negara yang mau memerdekan jiwa rakyatnya. Penguasa memilih hanya memerdekan raga.
BANGSA ini telah melewati banyak fase. Dimulai dengan masa kelam orde lama. Lalu menapak ke era feodalistik orde baru.
32 tahun totaliter itu berkuasa, Indonesia akhirnya menuju fase reformasi. Reformasi dipilih karena kita ingin belajar berdemokrasi. Demokrasi dipilih karena satu tujuan. Bangsa ini ingin benar-benar merdeka.
20 tahun sudah reformasi. Apa yang kita dapat? Sudahkah kita benar-benar merdeka?
Pejuang aparteith Nelson Mandela mengatakan, merdeka itu bukan setelah perang, lalu beramai-ramai teriak “merdeka”. Merdeka itu ketika kebebasan dirasakan jiwa dan dinikmati oleh raga.
Jadi kemerdekaan itu hakikatnya rumit. Kata Mandela, jiwa paling sulit merdeka. Dan hanya sedikit negara yang mau memerdekan jiwa rakyatnya. Penguasa memilih hanya memerdekan raga.
Mengapa? Karena bagi penguasa, raga hanya punya satu keluhan. Yaitu lapar. Saat lapar, raga akan melawan. Tapi kalau sudah kenyang, ia pasti adem.
Dengan begitu negara dengan mudah mengontrol semuanya. Itulah sebabnya orde baru bisa memberi kita kemerdekaan raga selama 32 tahun.
32 tahun kita hidup dalam kontrol totaliter. Kita kenyang. Kebutuhan pokok terpenuhi. Harga-harga terjangkau. Kita juga menikmati Rasa aman.
Tapi di saat yang sama jiwa terpasung. Kebebasan dikontrol oleh kekuasaan. Mulut dibungkam. Kebebasan berbicara adalah barang mahal di masa itu.
32 tahun kemerdekaan raga ternyata menjadi api dalam sekam. Tahun 1998 tirani orde baru tuntuh. Indonesia menuju fase baru. Reformasi.
Reformasi dipilih karena itu tadi. Kita menginginkan kemerdekaan jiwa dan raga. Kita tinggalkan orde baru yang hanya memberi kemerdekaan raga.
Kemerdekaan yang sekadar mengenyangkan perut. Tapi tidak jiwa.
Nah, reformasi sudah 20 tahun. Adakah kemerdekaan itu terwujud?
Belum. Kita masih menunggunya. Lalu sampai kapan? Mungkin bakal panjang. Tidak ada yang tahu.
20 tahun justru bangsa ini sedang berjuang melawan kebebasan. Kebebasan yang menimbulkan kehancuran di sana sini.
Kita juga sedang berjuang melawan perilaku elite. Melawan perubahan kultur politik. Dan perjuangan ini dimungkinkan lebih panjang dari perjuangan melawan kolonial.
Kata Nelson Mandela, setelah merdeka kita akan berperang lagi melawan bangsa sendiri. Kita sedang ada di fase ini sekarang.
Apa yang kita lawan dua kali lebih berat dari kebebasan yang pernah dipasung penguasa orde baru. Sekarang kita melawan kemerdekaan pangan yang dirampas bangsa sendiri.
Kita melawan perilaku politik elite yang kotor. Kita sedang berjuang merebut hak-hak.
Hak yang masih disembunyikan di laci meja penguasa. Dan kita juga sedang berusaha keluar dari pembodohan.
Perjuangan ini tak cukup hanya 20 tahun. Ini akan jadi perjalanan panjang. Mungkin reformasi tidak cukup untuk itu.
Kita mungkin butuh fase baru. Tapi apa? Entahlah. Yang pasti kemerdekaan sejati sedang kita buru. Dan reformasi belum memberinya sampai hari ini.