Minggu, 10 Oktober 2021 10:05

TOP SEPEKAN: Survei SMRC Sebut PDIP Melemah, Vaksin Moderna Picu Peradangan Jantung

Ilustrasi (int)
Ilustrasi (int)

Hasil survei SMRC berada di rating teratas pekan ini. Lalu disusul kabar soal penghentian vaksin Moderna di sebagian Eropa.

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Hasil survei SMRC terkait elektabilitas parpol menempati TOP SEPEKAN PEDOMANMEDIA. Kabar ini berada di rating teratas. Lalu disusul kabar soal penghentian vaksin Moderna di sebagian Eropa.

Kami mengulasnya kembali untuk pembaca.

PKB Salip Gerindra

Baca Juga

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei elektabilitas partai politik. Survei memperlihatkan beberapa hasil mengejutkan.

Di antaranya kecenderungan PDIP yang melemah dan Gerindra yang terlempar dari tiga besar. Partai besutan Prabowo Sugianto itu disalip PKB.

Sementara PDIP, meski masih menempati urutan teratas, ada indikasi penurunan tingkat keterpilihan. Survei menunjukkan PDIP melorot, dan ada tiga parpol dengan tren baik. Yakni Partai Golkar, PKB dan Nasdem.

Survei dilakukan pada 15 hingga 21 September 2021 dengan metode wawancara langsung atau tatap muka. Total responden sebanyak 1.220 orang yang dipilih secara acak dengan rate usia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah. Margin of error rata-rata dari survei tersebut sebesar kurang-lebih 3,05% dengan tingkat kepercayaan sebesar 96%.

Direktur Survei SMRC, Deni Irvani mengungkapkan, jika Pemilu diadakan pada waktu survei, PDIP mendapat dukungan paling besar 22,1%, disusul oleh Golkar 11,3% kemudian PKB 10% dan Gerindra 9,9%. Partai Demokrat sedikit lebih baik. Demokrat ada di peringkat 5 dengan elektabilitas 8,6%.

Sementara PKS 6% dan NasDem 4,2%. PPP ada di peringkat 8 dengan 2,3% disusul PAN 1,4%. Hasil survei ini juga menunjukkan masih belum signifikannya parpol debutan seperti Gelora dan Partai Ummat.

"Tapi ada kecenderungan PDIP melemah, dari 25,9% pada Maret 2020 menjadi 22,1% pada September 2021. Demikian pula Gerindra, pada Maret 13,6% turun menjadi 9,9%," kata dia.

PKB, Demokrat, PKS, dan NasDem mengalami kenaikan elektabilitas. Begitu juga Golkar relatif membaik dari 8,4% jadi 11,3% pada periode yang sama.

Hasil Survei Elektabilitas Parpol:

1. PDIP 22,1%

2. Golkar 11,3%

3. PKB 10%

4. Gerindra 9,9%

5. Demokrat 8,6%

6. PKS 6%

7. NasDem 4,2%

8. PPP 2,3%

9. PAN 1,4%

10. PSI 0,7%

11. Hanura 0,5%

12. Garuda 0,4%

13. Berkarya 0,4%

14. Gelora 0,4%

15. PBB 0,2%

16. PKPI 0,2%

17. Ummat 0,1

18. Lainnya 0,1

19. Tidak tahu/tidak menjawab 18,8%

Kasus Moderna di Eropa

Sebagian negara Eropa, terutama Swedia dan Denmark menghentikan penggunaan vaksin Moderna setelah ditemukan banyak kasus peradangan jantung. Penelitian memastikan Moderna memicu kasus itu.

Badan Kesehatan Swedia menyebut, peradangan jantung ditemukan pada pasien usai menerima dosis kedua. Meski begitu, kasus miokarditis ini terbilang langka.

Dikutip dari Reuters, Badan Kesehatan Swedia mengatakan akan berhenti menggunakan vaksin Moderna untuk warga yang lahir pada tahun 1991, karena data menunjukkan peningkatan miokarditis dan perikarditis di kalangan remaja dan dewasa muda yang telah divaksinasi.

Kondisi tersebut melibatkan peradangan pada jantung atau lapisannya.

"Hubungannya sangat jelas ketika menyangkut vaksin Spikevax Moderna, terutama setelah dosis kedua," kata badan kesehatan itu, sembari menambahkan risiko terkena sangat kecil.

Juru bicara Moderna dalam sebuah email menyatakan perusahaan mengetahui keputusan regulator di Denmark dan Swedia untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-18 mereka pada individu yang lebih muda karena risiko miokarditis dan atau perikarditis yang jarang terjadi.

"Ini biasanya kasus ringan dan individu cenderung pulih dalam waktu singkat setelah perawatan standar dan istirahat. Risiko miokarditis meningkat secara substansial bagi mereka yang tertular COVID-19, dan vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindunginya," jelas jubir tersebut.

Sementara Denmark, meskipun menggunakan vaksin Pfizer/BioNTech sebagai pilihan utama untuk anak 12-17 tahun, mereka memutuskan berhenti memberikan vaksin Moderna kepada orang-orang di bawah 18 tahun sebagai langkah kehati-hatian.

"Dalam data awal, ada kecurigaan peningkatan risiko peradangan jantung, ketika divaksinasi dengan Moderna," kata Otoritas Kesehatan Denmark dalam sebuah pernyataan.

Ini merujuk pada data dari studi Nordik yang belum dipublikasikan, yang sekarang akan dikirim ke European Medicines Agency (EMA) untuk penilaian lebih lanjut.

"Data akhir diharapkan rampung dalam sebulan ke depan," tambahnya.

Editor : Muh. Syakir
#Vaksin Moderna #Survei SMRC #PDIP #Partai Gerindra #PKB
Berikan Komentar Anda
Epaper
Cover Epaper
Populer