Kamis, 12 November 2020 08:01

Editorial

"Horor" Pengangguran Mengintai

Ilustrasi
Ilustrasi

Pandemi yang memukul ekonomi nasional menjadi faktor paling dominan. Pandemi membuat semua mengalami kejatuhan simultan. Daya serap lapangan kerja menurun. Kinerja industri juga terpuruk.

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Pengangguran di Indonesia sudah menyentuh level mengkhawatirkan. Nyaris 10 juta orang. Ironisnya, angka itu tumbuh lebih dari 2 persen hanya dalam kurun waktu 6 bulan.

Pandemi yang memukul ekonomi nasional menjadi faktor paling dominan. Pandemi membuat semua mengalami kejatuhan simultan. Daya serap lapangan kerja menurun. Kinerja industri juga terpuruk.

Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali PHK. PHK akhirnya berimbas pada pertumbuhan angka pengangguran yang tinggi.

Baca Juga

Indonesia mencatat pertumbuhan angka pengangguran terbuka yang cukup signifikan. Dalam enam bulan jumlah pengangguran bertambah 2,6 juta orang, hingga nyaris menembus angka 10 juta per Agustus 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka di RI mencapai 9,7 juta orang. Atau naik hampir dua persen hanya dalam kurun waktu 6 bulan.

Diakui BPS, naiknya angka pengangguran di 2020 dipicu oleh dampak pandemi Corona yang melanda sejak Februari lalu.

Pengangguran tumbuh karena beberapa faktor. Di antaranya PHK bergelombang sejak Maret serta menurunnya daya serap lapangan kerja.

BPS mencatat jumlah penduduk usia kerja Indonesia adalah 203,97 juta orang atau meningkat 2,78 juta orang. Dari angka tersebut, 138,22 juta orang merupakan angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja ada 65,75 juta orang atau naik 0,42 juta orang.

Dari jumlah angkatan kerja yang sebanyak 138,22 juta orang, pengangguran tercatat sebanyak 9,77 juta orang. Sementara yang bekerja sebanyak 128,45 juta orang atau turun 0,31 juta orang.

Dari jumlah orang yang bekerja, sebanyak 82,02 juta orang merupakan pekerja penuh. Angka ini turun 9,46 juta orang. Lalu pekerja paruh waktu berjumlah 33,34 juta orang atau naik 4,32 juta orang. Sedangkan setengah penganggur berjumlah 13,09 juta orang atau naik 4,83 juta orang.

Para meneliti sosial mengingatkan ledakan pengangguran masih mungkin terjadi hingga 2021 jika pemerintah tak segera menemukan formulasi mengatasi ketimpangan ekonomi. Disebutkan pada akhir 2020 akan ada gelombang PHK dengan pola lebih serius.

Dan itu akan mencetak pengangguran terbuka lebih besar. Kemungkinan itu sulit dicegah karena kondisi dunia usaha juga sedang terpukul akibat resesi.

Pemerintah harus segera menemukan opsi. Jika tidak, Indonesia di ambang ketimpangan multisektoral.

Pengangguran akan mendorong lahirnya degradasi sosial terutama di perkotaan. Di mana masyarakat akan mengalami kondisi kulminatif yang pada ujungnya akan memicu angka konflik sosial dan kriminalitas.

Itu yang akan terjadi jika pengangguran gagal diatasi. Orang akan berbondong bondong ke kota. Jadi penganggur. Tak punya tempat tinggal. Akhirnya kita akan banyak disuguhi kejahatan sosial.

Dalam analisisnya, Ekonom Sjamsul Ridjal sudah memprediksi akan adanya kontraksi lebih kuat di akhir tahun akibat resesi. Jika tak ada upaya pemulihan yang lebih cepat maka daya beli akan menurun sangat tajam.

Sjamsul menjelaskan, stimulus yang digulirkan pemerintah hanya sedikit menolong menaikkan konsumsi. Tak bisa secara komprehensif. Karena kata dia, terjadi kekhawatiran akan memburuknya situasi jika pandemi tak juga berakhir di 2021.

"Isu pandemi ini paling merusak konstruksi ekonomi kita. Kalau isu itu terus pasti akan lebih buruk. Apalagi di Eropa pandemi digambarkan begitu mengerikan," katanya.

Sjamsul memperkirakan, 2021 akan terjadi gejolak ketenagakerjaan karena perusahaan gagal kinerja. Dampak terburuknya adalah PHK massal. Ini akan kian buruk jika Indonesia belum bisa keluar dari resesi. Nah sudah siapkah kita dengan situasi itu?

Editor : Muh. Syakir
#Pengangguran #Pandemi Corona #Ekonomi RI #Resesi #BPS #Editorial
Berikan Komentar Anda