Senin, 09 Mei 2022 09:06

Harga Emas Terus Melorot, Pasar Prediksi Bisa Naik Tajam

Harga Emas Terus Melorot, Pasar Prediksi Bisa Naik Tajam

Penurunan memberikan ruang bagi emas untuk kembali naik. Ditambah lagi, indeks dolar AS sudah mendekati puncak.

JAKARTA, PEDOMANMEDIA - Harga emas terus melorot dalam beberapa pekan terakhir. Pasar memprediksi kondisi ini bertahan cukup lama.

Melansir Kitco, Minggu (8/5/2022), harga emas berjangka Comex Juni pada penutupan Jumat kemarin berada di level US$ 1.883. Angka itu turun 1,6% secara mingguan dan turun 2,19% secara bulanan.

Penurunan harga emas dunia sendiri tercermin dalam harga emas keluaran Antam 24 karat yang juga terus mengalami penurunan. Pada posisi perdagangan sebelum libur Lebaran atau pada 28 April 2022 harga emas Antam turun Rp 6.000/gram dan berada di level Rp975.000 per gram.

Baca Juga

Jika dilihat dari grafiknya, harga emas Antam mengalami penurunan sejak 18 April 2022 yang saat itu berada di level Rp 1.010.000 per gram. Keesokan harinya turun ke level Rp 1.007.000 per gram.

Penurunan pun berlanjut ke posisi Rp995.000 per gram. Lalu terus mengalami penurunan hingga level Rp975.000 per gram.

Salah satu penyebab penurunan harga emas adalah perubahan kebijakan terbaru oleh bank sentral AS, Federal Reserve. The Fed memiliki salah satu pengumuman yang paling dinanti seluruh pasar pada minggu kemarin, yakni suku bunga acuan dengan menaikkannya setengah poin persentase pada Rabu (4/5).

Ada likuidasi besar-besaran aset berisiko dalam perdagangan pasca pengumuman The Fed. Banyak investor beralih ke uang tunai. Meski begitu penting untuk diingat bahwa emas bertahan dengan cukup baik mengingat seberapa tinggi kenaikan dolar AS.

"Penurunan memberikan ruang bagi emas untuk kembali naik. Ditambah lagi, indeks dolar AS sudah mendekati puncak. Itu akan bagus bagi emas karena membentuk lingkungan makro ekonomi yang menguntungkan bagi logam mulia," kata Analis Senior OANDA, Edward Moya dilansir dari Kitco News.

Emas menurut Moya masih menjadi instrumen karung investasi demi menghindari risiko di instrumen lainnya untuk beberapa waktu ke depan. Dia yakin sampai indeks dolar AS mengalami penurunan, emas masih memiliki peluang. Meskipun perlu diingat harga masih akan mengalami volatilitas.

"Jika kita terus melihat penghindaran risiko di seluruh ekuitas dan jika apresiasi dolar tidak sekuat yang biasa kita lihat, emas akan mulai stabil. Masih ada risiko besar bahwa kita bisa melakukan pergerakan besar lainnya dalam obligasi. Emas masih bisa rentan terhadap aksi jual besar terakhir sebelum semuanya berakhir," jelasnya.

Diprediksi emas minggu depan akan bergerak dalam rentang resistensi US$ 1.900-1.920 per ons. Sementara supportnya berada di level US$ 1.850, jika ditembus maka kemungkinan harga emas akan turun ke level US$1.800.

Menurut hasil survei harga emas minggu ini yang dilakukan Kitco News terhadap 17 analis Wall Street, sebanyak 53% meyakini harga emas akan naik. Lalu sebanyak 35% meramalkan harga emas turun, dan 12% meyakini harga emas netral.

Sementara itu dalam polling online Main Street terdapat 1.049 suara. Dari jumlah tersebut, 637 responden, atau 61% meyakini harga emas naik minggu depan. 245 lainnya, atau 23%, memilih penurunan, sementara 162 pemilih, atau 16%, netral dalam waktu dekat.

Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day mengatakan, dia melihat kebijakan moneter The Fed akan mendorong harga emas lebih tinggi dalam waktu dekat.

"Lingkungan moneter tetap menguntungkan, dengan The Fed terdengar hawkish, tetapi dalam kenyataannya, pengetatan terlalu sedikit dan terlalu terlambat; sementara ECB ragu-ragu dan baik China maupun Jepang melonggarkan," katanya.

Editor : Muh. Syakir
#Emas #Harga Emas
Berikan Komentar Anda