Jumat, 26 Mei 2023 13:56

Giliran BW Kritik Perpanjangan Jabatan Firli cs: MK Bermain Politik

Bambang Widjojanto
Bambang Widjojanto

BW menyebut putusan MK terkait masa jabatan pimpinan KPK menjadi 5 tahun justru menampar muka MK sendiri.

JAKARTA, PEDOMANMEDIA - Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menilai perpanjangan masa jabatan pimpinan KPK tidak serta merta bisa diterapkan untuk Firli Bahuri dkk. BW, sapaan Bambang, juga menilai, putusan ini menyeret Mahkamah Konstitusi (MK) pada irama permainan politik.

"Ada prinsip nonretroaktif yang tersebut secara implisit di dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 yang harus diberlakukan atas putusan MK di atas. Oleh karena itu, pemberlakuan atas putusan MK dimaksud tidak serta merta dapat dilaksanakan pada periode jabatan pimpinan KPK saat ini 2019-2023. Jika nekat tetap diterapkan maka akan terjadi tindakan inkonstitusional," kata Bambang Widjojanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/5/2023).

Pria yang karib disapa BW itu menyebut dalam periode 5 tahun pemberantasan korupsi tersungkur berkali-kali. BW menyebut hal itu membuat indeks persepsi korupsi merosot tajam.

Baca Juga

"Pemberantasan korupsi tersungkur berkali-kali dalam periode 5 (lima) tahun ini dan hal itu dikonfirmasi dengan indeks persepsi korupsi yang merosot tajam sehingga skornya sama dengan periode awal kepemimpinan Presiden Jokowi, yaitu hanya 34 poin saja; serta kinerja KPK periode 2019-2023 diperburuk dengan Revisi UU KPK menjadi UU No. 19 Tahun 2019, " kata BW.

BW mengatakan MK telah mengingkari prinsip penjaga kedaulatan rakyat lewat putusan perpanjangan masa jabatan pimpinan KPK ini. Tak hanya itu, kata BW, MK juga mengingkari nilai spiritualitas.

"MK melalui Putusannya No.112/PUU-XX/2022 telah menguah 2 (dua) buah norma yang tersebut di dalam UU KPK, yaitu: syarat usia minimal menjadi Pimpinan KPK dan perpanjanagn masa jabatan Pimpinan KPK," kata BW.

"MK telah mengingkari salah satu prinsip dasar yang harus dijaganya yaitu sebagai 'the guardian of people sovereignty' bukan sekedar sebagai 'the guardian of constitution" serta juga mengingkari nilai spiritualitas dari era reformasi atas hadirnya upaya pemberantasan kourpsi yang tegas dan berwibawa.

BW meyakini putusan MK itu tidak akan membuat upaya pemberantasan korupsi menjadi efektif. Bahkan, kata BW, pemberantasan korupsi menjadi tuntas karena putusan MK itu hanyalah khayalan semata.

"Kami meyakini, putusan MK diatas tidak akan pernah mengubah apapun dan atau membuat upaya pemberantasan korupsi makin berwibawa dan terhormat apalagi menjadi efektif. Putusan itu juga tidak membuat upaya pemberantasan korupsi menjadi trengginas dan tuntas mengulik semua kejahatan korupsi karena semua itu kini jadi khalayan," kata BW.

"Bahkan disinyalir, upaya pemberantasan korupsi bertambah runyam dan suram, serasa sudah ditubir jurang kendati optimisme harus terus ditegakkan untuk meraih harapan," sambungnya.

Lebih lanjut, BW menyebut putusan MK terkait masa jabatan pimpinan KPK menjadi 5 tahun justru menampar muka MK sendiri dan mendelegitimasi kewibawaan MK. Sehingga, kata BW, putusan memunculkan bahwa MK tengah bermain politik.

"Argumen yang dibangun dan dijadikan dasar untuk mengubah kedua norma di atas di dalam Putusan MK seolah sedang 'menampar' muka MK sendiri dan sekaligus mendelegitimasi kewibawaan Lembaga MK karena selama ini MK senantiasa menggunakan doctrine dan dalil 'open legal policy' atas berbagai macam judicial review yang diputus sebelumnya, seperti misalnya, diisu yang paling nyata ketika memutus begitu banyak persoalan yang berkaitan dengan presidential threshold 20 persen," ujarnya.

"Pada titik inilah timbul sinyalemen, kini, MK tengah 'bermain politik' karena 'menyamakan' irama genderang kepentingan kekuasaan yang tengah ditabuh di tahun politik," imbuhnya.

Editor : Muh. Syakir
#KPK #Bambang Widjajanto #MK
Berikan Komentar Anda