Minggu, 28 Juli 2024 13:35

Bahas Toleransi Berbasis Budaya, LDK Al Jami Hadirkan 5 Tokoh Lintas Agama

LDK) Al Jami’ menggelar dialog lintas agama dalam rangkaian Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Daerah (FSLDK-D) yang Ke-Xl.
LDK) Al Jami’ menggelar dialog lintas agama dalam rangkaian Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Daerah (FSLDK-D) yang Ke-Xl.

LDK Al Jami’ kedepannya bisa terus menjadi wadah atau lembaga yang menebar bibit moderasi kepada mahasiswa.

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Jami’ menggelar dialog lintas agama dalam rangkaian Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Daerah (FSLDK-D) yang Ke-Xl. Dialog menghadirkan lima tokoh lintas agama.

Dialog ini mengangkat tema “Penguatan Nilai Toleransi Beragama Berbasis Nilai Budaya Bugis – Makassar,” di Auditorium, Kampus ll, Sabtu, 27 Juli 2024.

Kegiatan ini menghadirkan lima tokoh agama, yakni dari agama Katolik, Pastor Albert Arina, agama Protestan, Pdt. Dr Lidya Kambo Tandirerung, perwakilan agama Buddha, Suzanna, dari agama Hindu, Ketut Bhuwana Kertiyasa, dan agama Islam, Dr Syamsurrijal Ad’han.

Baca Juga

Pendeta Dr Lidya Kambo Tandirerung menjelaskan bahwa bagian yang paling esensial dalam moderasi beragama yaitu melihat sesama manusia sebagai pribadi yang setara, sehingga tanda kesetaraan ini menjadi satu kesatuan yang relevan dengan kearifan lokal.

Ia mengatakan, setidaknya ada tiga nilai budaya bugis dalam menjaga toleransi yang sudah tidak asing lagi didengar, Sipakainge, pentingnya saling mengingatkan karena setiap orang punya potensi untuk melakukan kesalahan, kemudian Sipakalebbi, melihat manusia dengan apresiasi dan memberikan hak dalam kebebasan bersuara, serta yang terakhir Sipakatau, memanusiakan manusia dengan rasa hormat.

“Menempatkan orang lain secara setara berarti kita berbagi standar nilai kemanusiaan, karena kedamaian dibangun di atas keterbukaan, keadilan, dan kerukunan,” katanya.

Sementara itu, delegasi dari agama Buddha, Suzanna menuturkan toleransi bukan hanya terkait perbedaan agama saja, tetapi juga perbedaan bahasa dan budaya, karena hal tersebut merupakan sebuah identitas yang dapat memperkuat toleransi beragama. Ia menekankan pentingnya memulai penerapan toleransi dari diri sendiri.

“Kedamaian yang dirasakan saat ini harus terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Sehingga melahirkan kehidupan yang rukun dan harmonis,” ujarnya.

Ketua Panitia, Moch Ilham Perdana berharap LDK Al Jami’ kedepannya bisa terus menjadi wadah atau lembaga yang menebar bibit moderasi kepada mahasiswa.

"Dengan adanya dialog lintas agama ini kami berharap budaya toleransi di UIN Alauddin semakin kuat dan mengakar,” pintanya.

 

Editor : Muh. Syakir
#UIN Alauddin Makassar
Berikan Komentar Anda