Rabu, 24 Februari 2021 07:55

Sri Mulyani Sebut Utang RI Rp6.000 Triliun Masih Wajar, Ekonom Beri Bantahan ini

Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani Indrawati

Eropa terbukti mampu keluar dari krisis lebih cepat. Begitu juga Amerika. Meski mengalami kejatuhan hebat, tetapi mereka memiliki terapi ekonomi yang jelas.

JAKARTA, PEDOMANMEDIA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pertumbuhan utang Indonesia masih lebih normal dibanding negara negara maju di Eropa. Analogi perbandingan Menkeu ini dinilai sesat.

"Sangat tidak tepat analogi perbandingannya. Indonesia dibandingkan dengan Eropa. Amerika. Potensi masalahnya beda. Percepatan pemulihan ekonomi Eropa dan Indonesia juga sangat jauh. Jadi sesat pemikiran itu," terang pengamat ekonomi Sjamsul Ridjal, Rabu (24/2/2021).

Sri menyebut kontraksi ekonomi RI lebih baik. Ada negara yang lebih baik seperti Vietnam, China, dan Korea Selatan. Namun hampir sebagian besar negara G20 atau negara ASEAN terjatuh lebih dalam dari Indonesia.

Baca Juga

Termasuk beberapa negara Eropa dan Amerika. Soal utang luar negeri RI yang sudah melampaui Rp6.000 triliun, Menurutnya, angka ini juga masih terbilang lebih baik dibanding negara negara maju.

Indonesia tumbuh di bawah 6% per tahun. Sementara Amerika dan beberapa negara Eropa di atas 10%.

Menurut Sjamsu, di sinilah kekeliruannya. Membandingkan dua negara dengan asas masalah yang berbeda. Indonesia terjerat utang bukan hanya karena Corona. Indonesia sudah mencatat grafik kenaikan utang jauh sebelum pandemi.

Utang pemerintah RI per Desember 2020 menyentuh level Rp 6.074 triliun. Angka ini melejit Rp 136,92 triliun hanya dalam tempo satu bulan.

Pada November 2020, utang RI masih di kisaran Rp 5.910 triliun. Kenaikan itu menjadi yang tertinggi sepanjang 2020 dilihat dari pertumbuhan per bulan.

Sjamsul menambahkan, Eropa terbukti mampu keluar dari krisis lebih cepat. Begitu juga Amerika. Meski mengalami kejatuhan hebat, tetapi mereka memiliki terapi ekonomi yang jelas.

Sementara Indonesia banyak bergantung pada utang luar negeri. Bahkan APBN akan mengalami defisit besar jika tak berutang.

"Sehingga tingkat ketergantungan kita pada utang mutlak. Jadi meski tidak ada pandemi kita akan tetap berutang," jelasnya.

Sri Mulyani menuturkan selama ini pemerintah menetapkan langkah-langkah dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian sehingga kontraksi ekonomi cukup moderat dan defisit APBN sebesar 6 persen, juga relatif lebih kecil dibanding negara lain yang di atas 10 persen.

Tak hanya itu, ia menyebutkan banyak negara maju yang utang pemerintahnya telah melampaui nilai Produk Domestik Bruto ( PDB). Seperti AS sekitar 103 persen, Perancis lebih dari 118 persen, Jerman 72 persen dari PDB, China hampir 66 persen, dan India mendekati 90 persen.

Sementara itu, Indonesia juga mengalami kenaikan utang, namun rasio terhadap PDB di level 38,5 persen sehingga masih dalam posisi prudent dibandingkan negara maju dan ASEAN. Seperti Malaysia 66 persen, Singapura 131 persen, Filipina 54,8 persen dan Thailand 50 persen.

Editor : Muh. Syakir
#Menkeu Sri Mulyani Indrawati #Utang Indonesia #Pandemi
Berikan Komentar Anda