Properti Masih Terpukul Pandemi, Pemulihan Tergantung Resesi
Kebutuhan masyarakat terhadap masih di atas rata-rata. Akan tetapi isu resesi membuat masyarakat memilih menahan uang sambil menunggu keadaan membaik.
MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Sektor properti mengalami pukulan berat sejak pandemi Maret lalu. Situasi ini dimungkinkan pulih lebih cepat jika resesi bisa diatasi pada triwulan pertama 2021.
"Tergantung resesi. Kalau pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik di triwulan 1 2021 ada kemungkinan pulihnya lebih cepat. Karena sektor ini sebenarnya masih memberi harapan. Permintaan hunian itu tinggi," ujar Afdhal Rezki, konsultan properti Sulsel, Rabu (7/10/2020).
Menurut Afdhal, sejak Maret angka penjualan turun melebihi penurunan di akhir 2019. Tetapi ada kenaikan pada Mei dan Juni 2020. Lalu sedikit merosot lagi pada Juli hingga September.
Afdhal mengatakan, permintaan sebenarnya cukup tinggi. Kebutuhan masyarakat terhadap hunian masih di atas rata-rata. Akan tetapi isu resesi membuat masyarakat memilih menahan uang sambil menunggu keadaan membaik.
"Karena itu kita berharap resesi bisa berakhir secepatnya. Agar konsumen bisa segera melepas dananya. Angka permintaan turun karena kekhawatiran terjadinya krisis," jelas Afdhal.
CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengakui pandemi membuat grafik properti menurun drastis. Tetapi ia juga melihat harapan di sektor ini tetap cerah. Meski butuh adaptasi pada kondisi dunia saat ini.
"Dalam kondisi saat ini, semua pelaku bisnis properti dihadapkan pada sebuah tantangan untuk dapat beradaptasi mengikuti kondisi dunia yang berubah sangat cepat. Kita dipaksa untuk lebih cepat lagi menyesuaikan diri. Perubahan yang terjadi membuat sebuah kondisi normal yang tidak normal lagi atau yang biasa disebut the new normal," kata Ali Tranghanda dikutip detikcom.
Sementara Direktur Utama PT Repower Asia Indonesia Tbk Aulia Firdaus optimistis mampu menjaga penjualan sepanjang 2020 seiring masih tingginya kebutuhan akan hunian. Sepanjang triwulan I-2020, penjualan hunian perseroan melonjak 142% dari Rp 1,68 miliar menjadi Rp 4,07 miliar per akhir Maret 2020.
Repower mengklaim bahwa konsep dan produk perumahan yang disodorkan sangat menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dari rumah di tengah pandemi Covid-19.