Sabtu, 15 Mei 2021 09:04

Populasi Urbanisasi Tinggi, Makassar akan Hadapi Ledakan Pengangguran

Serbuan urbanisasi akan jadi problem baru di kota besar. (ilustrasi-int)
Serbuan urbanisasi akan jadi problem baru di kota besar. (ilustrasi-int)

Berdasarkan data 54 persen angkatan kerja adalah tamatan SMP ke bawah. Lulusan SMA/SMK 30 persen dan selebihnya 16% sarjana.

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Makassar akan menjadi salah satu daerah tujuan urbanisasi dengan populasi tertinggi di Indonesia timur. Jika kondisi ini tak terkendali, bakal memicu beragam problem sosial.

"Makassar akan menghadapi masalah sektoral paling pelik yaitu pengangguran. Karena urbanisasi yang datang adalah dominan kelompok dengan skill rendah," jelas peneliti sosial ekonomi Andi Tenri Farida, Sabtu (15/5/2021).

Menurut Tenri, penduduk urban ini sulit teserap lapangan kerja di sektor riil. Karena tidak memiliki kemampuan personal yang memadai. Baik dari segi pendidikan formal maupun keterampilan.

Baca Juga

Mereka hanya akan menjadi beban bagi daerah. Keberadaannya akan mendorong lahirnya banyak problem sosial.

"Akan muncul banyak tindak kriminalitas. Permukiman kumuh akan lebih padat. Karena kebanyakan mereka akan menempati strata permukiman kelas dua," jelas Tenri.

Kata Tenri, pengangguran di Indonesia menembus angka mengkhawatirkan. Fenomena sosial ini diprediksi juga bisa memicu tumbuhnya populasi kawasan pelacuran di kota besar.

"Konsekuensi pengangguran adalah gejolak situasi sosial. Ini akan membentuk sebuah fase di mana kriminalitas jalanan akan sangat tinggi," ujar Andi Tenri.

Menurut Tenri, saat pengangguran di desa dan di kota tumbuh, masyarakat urban akan menyerbu kota dan mencari alternatif pekerjaan. Mereka yang datang biasanya tidak dibekali skill. Dan bermukim di kawasan kawasan padat di strata marginal.

"Di sini akan muncul banyak efek sosial. Kriminalitas jalanan. Juga termasuk akan mendorong lahirnya praktik praktik pelacuran," jelas Tenri.

Kenapa pelacuran tumbuh? KataTenri, karena alternatif pekerjaan bagi kaum perempuan semakin sempit. Keadaan membuat perempuan menjadi korban pertama yang akan menerima efek sosiologis.

"Jadi jangan heran nanti kalau tumbuh tempat tempat baru pekerja seks komersial. Dan itu akan lahir dengan berbagai kelas. Dari kelas hight sampai kelas bawah," paparnya.

Tenri mengingatkan, tumbuhnya kawasan pelacuran akan berdampak luas. Ada multiefek negatif yang lahir di masyarakat nanti. Dan itu kata dia, tak bisa dibendung karena akan mengubah psikologi sosial.

"Berbahaya sekali. Jadi tumbuhnya angka pengangguran itu efeknya besar. Bagi sebagian kaum perempuan, melacur adalah pilihan paling mungkin," imbuhnya.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, mengakui sulitnya daya serap lapangan kerja karena kualitas SDM yang rendah. Dari 13 juta penganggur saat ini, ada sekitar 3 juta orang yang hanya lulusan SMP.

"SDM kita parah. Bayangkan 13 juta orang penganggur ada 3 juta yang sulit terserap karena hanya lulusan SMP," jelas Muhadjir.

Sementara perusahaan mulai sangat selektif. Mereka menerapkan standar tinggi dalam perekrutan calon pekerja. Bukan saja skill, tapi pekerja harus ditopang oleh syarat administratif untuk bisa menembus dunia kerja.

Berdasarkan data 54 persen angkatan kerja adalah tamatan SMP ke bawah. Lulusan SMA/SMK 30 persen dan selebihnya 16% sarjana.

Di masa pandemi pengangguran di Indonesia tumbuh lebih dari 2 persen hanya dalam kurun waktu 6 bulan.

Pandemi yang memukul ekonomi nasional menjadi faktor paling dominan. Pandemi membuat semua mengalami kejatuhan simultan. Daya serap lapangan kerja menurun. Kinerja industri juga terpuruk.

Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali PHK. PHK akhirnya berimbas pada pertumbuhan angka pengangguran yang tinggi.

Editor : Muh. Syakir
#Urbanisasi #Populasi Pengangguran #Makassar
Berikan Komentar Anda