Polri dan Tantangan Era Teknologi Digital
Polri memang sudah seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat, maupun dalam merancang manajemen institusinya demi kepentingan masyarakat dan bangsa.
Hari-hari ini, ketika narasi besar bergerak ke arah revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan semangat digitalisasi, robotisasi, kecerdasan buatan, internet of things, semua orang diharapkan dapat mengimbangi laju perubahan teknologi untuk tetap survive.
Kabar baiknya, semua pekerjaan manusia dapat berjalan dengan sangat mudah berkat produk canggih ilmu pengetahuan itu. Orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu akan tetap dibutuhkan. Tetapi kabar buruknya, akan ada pekerjaan manusia yang bisa saja digantikan oleh robot, dan pada saat itu harus ada yang siap menelan pil pahit menjadi pengangguran.
Seperti yang dikatan Klaus Schwab dalam buku The Fourth Industrial Revolution, revolusi teknologi membuat semua pola kehidupan manusia beserta cara interaksi sosial bergeser. Dan oleh karena itu, tantangan, sistem sosial, pola organisasi, dan juga model-model kejahatan juga ikut berubah. Hal ini tentu saja menuntut respon yang tepat dan komprehensif.
Dampak-dampak buruk harus segera dicegah dan diminimalisir dengan cara mempersiapkan SDM yang bisa mengatasi segala ancaman, yang di masa depan mungkin saja kian bervariasi bentuknya.
Untuk menghindari menjadi kelompok SDM yang gagap dan tak berguna dihadapan teknologi mutakhir itu dan tak berkutik melawan pusparagam ancaman, Polri lewat rapat kerja teknis (Rakernis) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri di Semarang, menyusun agenda persiapan menyambut era digitalisasi.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menginginkan setiap anggota kepolisian menjadi SDM yang unggul. Hal itu dipertegas dengan rencana memberikan berbagai pelatihan yang bisa menunjang kinerja dan pelayanan kepolisian berbasis kebutuhan di era revolusi industri 4.0.
Peningkatan kemampuan dan keterampilan secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan di masa yang akan datang, di samping berfokus pada hard skill dan penanaman ideologi bela negara, serta pemantapan wawasan kebangsaan.
Polri juga harus menjadikan pelatihan soft skill sebagai prioritas membentuk SDM kepolisian yang kompeten dan pantang mundur menghadapi perkembangan zaman.
Komunikasi publik, kepemimpinan, pengelolaan Big Data, penguasaan aplikasi, merupakan sedikit hal yang perlu dipelajari tiap aparat kepolisian. Strategi ini merupakan upaya preventif agar ke depannya, institusi Polri tidak kewalahan ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang sebelumnya sama sekali tak pernah ada.
Proses pendidikan berkonteks zaman digital dalam tubuh kepolisian merupakan taktik penting untuk mengembangkan sumber daya yang adaftif di tengah “tsunami informasi” dan tantangan bonus demografi. Polisi yang tidak adaftif di zamannya para milenial, sebenarnya sudah mengingkari janjinya untuk mengayomi dan melayani masyarakat.
Sebab, cara mengayomi orang di zaman pra-digital sangat jauh berbeda dengan zaman ketika tiap orang tak bisa lepas bahkan sebentar saja dari gadget-gadget canggih mereka.
Kita semua berharap dengan diadakannya pelatihan dan pengembangan skill secara berkesinambungan untuk anggota kepolisian, kinerja Polri dalam memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat bisa menjadi lebih maksimal.
Pelayanan publik juga diinginkan jadi lebih mudah. Tidak berbelit-belit dan memakan waktu yang banyak. Polri memang sudah seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat, maupun dalam merancang manajemen institusinya demi kepentingan masyarakat dan bangsa.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6