YouTube Lebih Berbahaya dari Pandemi Corona

YouTube lebih berbahaya dari Pandemi Corona karena telah mewabah di seluruh dunia dan tak ada matinya hingga hari ini. Bahkan makin tua, makin keladi. Maka wajar saja, jika hari ini, YouTube juga-lah yang menjadi media iklan layanan masyarakat terkait wabah Covid-19 di seluruh dunia.
Zaman memasuki era distrupsi digital, di mana setiap manusia dituntut untuk paham teknologi. Arus perkembangan dari penggunaan merpati sebagai media penyampai pesan hingga hari ini kita mengenal Samsung, Apple dan terakhir Xiaomi sebagai brand besar yang tak bisa dipungkiri telah mewabah secara global.
Dalam sektor ruang berekspresi (baca : sosial media), terjadi banyak perubahan atensi. Beberapa tetap pada koridor pertukaran pesan seperti Whats App, Line dan Telegram, namun justru ada pula yang telah melejit melampau peran televisi sebagai ruang edukasi berbasis tontonan; YouTube.
WeareSocial dan Hootsuite melansir data terkait lanskap dunia Digital secara Global, total pengguna internet hingga tulisan ini dibuat tiba pada angka 4,5 miliar atau setara dengan 60?ri total populasi manusia di muka bumi. Ini adalah angka yang fantastis dan akan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, migrasi penduduk dan peningkatan angka kelahiran pada beberapa negara berkembang.
Tak dapat dipungkiri, bahwa internet telah menjelma menjadi kebutuhan primer dari manusia milenial. Belum lagi, khusus di Indonesia, bonus demografi adalah hal yang tak lama lagi dihadapi, maka tentu penyiapan tenaga kerja dan pelaku kerja kreatif dari kalangan anak muda akan semakin masif dilakukan.
Facebook masih memuncaki klasemen sosial media terpopuler secara global sebanyak 2,449 miliar akun atau 50?ri total pengguna sosial media di seluruh dunia, disusul oleh YouTube dengan 2 miliar user dan Instagram dengan 1 miliar user. Hingga hari ini, YouTube adalah satu satu media yang memegang peran vital dalam penanaman nilai-nilai edukasi di seluruh dunia.
Youtube lahir layaknya kedai kopi di dekat rumah saya. Merangkak dari keresahan tidak adanya sarana penyebaran atau publikasi video, maka Jawed Karim, Steve Chen, dan Chad Hurley merintis sebuah media berbasis unggahan video dan pertama kali muncul di Internet pada tahun 2005.
Setahun berkembang dan dilirik investor raksasa; Sequoia Capital — pada tahun 2005. Tak tanggung-tanggung investasi senilai $11,5 juta masuk ke pendanaan YouTube. Iklan pertama yang mendapat satu juta views di YouTube adalah iklan sari brand raksasa Nike pada 2005.
Perjalanan YouTube tak secepat Covid-19 yang hanya dalam rentetan waktu 3 bulan, telah mampu melumpuhkan kongsi dagang, obrolan diplomatik, dan membunuh jutaan manusia —nyaris di seluruh belahan bumi. Tapi transformasi Youtube melahirkan hasil yang signifikan dalam rentan waktu tiga tahun pertama, tepatnya pada 2009 Youtube telah resmi meluncurkan channel TV yang berdikari sebagai siaran independen miliknya. Puncaknya pada tahun 2011, berbagai iklan telah berhasil terintegrasi dengan Youtube dan mencapai tiga milyar views perhari. Sangat luar biasa.
Setelah memuncaknya YouTube dan iklan-iklan di dalamnya, beberapa orang mulai melirik Youtube sebagai ruang yang bisa menghasilkan. Dimulai dari video Gangnam Style yang pertama kali mencatatkan 1 miliar views pertama di YouTube pada 2011 dan terus berjalan hingga sekarang telah banyak konten menarik yang ikut mendulang kesuksesan (sebut saja Atta Halilintar, Agung Hapsah, Raditya Dika dan konten kreator lainnya).
Youtube hari ini juga telah menjelma menjadi primadona yang aset utamanya adalah bisa ditayangkan berulang-ulang. Syaratnya hanya kuota dan mungkin beberapa potong pisang epe' untuk menikmatinya. Banyak instansi juga yang telah memasuki dapur youTube untuk mempromosikan brand mereka, seperti Aqua, dan Gojek sebagai Startup terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara hari ini.
Tak heran jika hari ini Iklan di youTube telah mewabah dengan pesat. YouTube telah menjadi ruang integrasi dan pengikat relasional antar-lembaga, personal dan antara penjual dan pembeli dalam sektor ekonomi.
Efektivitas iklan di YouTube nyatanya lebih baik daripada Iklan di televisi sebagai akibat dari #MosiTidakPercaya masyarakat kepada layanan Televisi yang kian hari kian mengurangi sisi edukasi. Ditambah, adanya tunjangan kepada karya-karya youtuber setelah monetize semakin melahirkan kegembiraan pada siapa saja yang berkarya lewat ruang ini.
Pada akhirnya, YouTube telah menjadi rumah bagi investor dan titik pulang bagi kebuntuan sebuah brand dalam memasarkan produk dan mempublikasikan layanannya serta ruang ekspresi bagi setiap personal yang ingin melakukan personal branding dan menyebarluaskan karya dan kemampuannya. Iya, Youtube layaknya rumah saya. Ia menyenangkan dan kadang menyebalkan.
YouTube lebih berbahaya dari Pandemi Corona karena telah mewabah di seluruh dunia dan tak ada matinya hingga hari ini. Bahkan makin tua, makin keladi. Maka wajar saja, jika hari ini, YouTube juga-lah yang menjadi media iklan layanan masyarakat terkait wabah Covid-19 di seluruh dunia.