Minggu, 29 Agustus 2021 08:01

Peneliti Ungkap Hasil Belajar Daring: Kualitas Guru dan Siswa Mundur

Ilustrasi (int)
Ilustrasi (int)

Efeknya sangat komplet. Semua menurun secara kualitas. Bukan saja siswa tapi juga guru.

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Analis pendidikan mengungkapkan dampak buruk pembelajaran daring. Dalam sebuah studi sistem ini diklaim telah membuat kualitas guru dan siswa jeblok.

"Guru mengalami degradasi karena tidak bisa mentransfer ilmu secara maksimal. Sementara siswa hanya punya 40% daya serap dalam belajar daring," ujar Iwanuddin Aras, penulis dan peneliti pendidikan, Ahad (29/8/2021).

Dijelaskan Iwan, degradasi yang dialami guru karena faktor psikologi. Pembelajaran daring membuat guru tidak bisa mengukur perkembangan siswa. Pendeknya durasi belajar juga membuat guru kehilangan waktu pengawasan.

Baca Juga

Sangat berbeda jika mereka mengajar dengan tatap muka, pengawasan akan berlangsung secara otomatis. Sehingga kata Iwan, guru bisa mengukur hasil dari pembelajaran itu dengan mudah.

"Belajar daring membuat guru kehilangan tanggung jawab. Guru kehilangan pengawasan. Sementara siswa kehilangan suasana belajar yang efektif," jelasnya.

Ia melihat, belajar daring sekadar hanya mengisi waktu. Efektivitasnya rendah.

Interaksi antarsiswa juga pudar dari sistem jarak jauh ini. Akibatnya tidak ada suasana saling mengisi antarsiswa.

Padahal menurut Iwan, interaksi siswa itu menentukan daya serap mereka terhadap ilmu. Selama setahun siswa kehilangan suasana itu. Membuat mereka menjadi vakum dan apatis.

"Ini juga terjadi karena formulasi belajar daring tidak ada pembaharuan. Itu itu saja. Akhirnya suasananya membosankan. Spirit belajar siswa menjadi kering," papar Iwan.

Fakhri Supardi, pengamat pendidikan Sulsel juga memberi penilaian yang sama. Menurutnya, agenda belajar tatap muka harus didorong agar degradasi mutu pendidikan bisa segera diperbaiki.

"Melihat tren kasus sepertinya belajar tatap muka masih sulit dilakukan dalam 3 bulan. Sangat mungkin molor ke 2022," ujar Fakhri

Menurut Fakhri, ada banyak pertimbangan soal dimulainya belajar tatap muka. Pertama, kemampuan sekolah dalam menerapkan prokes ketat yang masih meragukan.

Kedua, angka kasus masih relatif tinggi. Belum ada penurunan secara merata di semua daerah.

"Jadi belum bisa berlaku menyeluruh," katanya.

Fakhri menyinggung soal pembelajaran daring selama setahun lebih. Menurutnya, dampaknya sangat terlihat pada penurunan kualitas siswa. Durasi belajar yang pendek dan hilangnya iklim ruang kelas, membuat daya serap siswa juga menurun.

"Efeknya sangat komplet. Semua menurun secara kualitas. Bukan saja siswa tapi juga guru," jelasnya.

Editor : Muh. Syakir
#Belajar Tatap Muka #Belajar Daring #Guru
Berikan Komentar Anda