Kamis, 28 Oktober 2021 08:15

Aparat Diminta Usut Kejanggalan 'Laka Maut' yang Tewaskan Warga Toraja di Manokwari

Lisna Boroallo, saat menyaksikan jenazah putranya usai kecelakaan.
Lisna Boroallo, saat menyaksikan jenazah putranya usai kecelakaan.

Ada beberapa kejanggalan yang menurut Lisna mencurigakan. Misalnya pada luka di tubuh Vitra yang tidak tampak seperti luka lakalantas.

MANOKWARI, PEDOMANMEDIA - Satlantas Polres Manokwari diminta mengusut tuntas kecelakaan maut yang menewaskan warga asal Toraja di Manokwari, Papua Barat, awal Oktober lalu. Pihak keluarga menyebut banyak kejanggalan pada kematian korban.

Korban bernama Marchxellon Vitra Jaya (Vitra). Ia adalah pemuda asal Toraja.

Ibunda korban, Lisna Boroallo dan Ikatan Keluarga Toraja Provinsi Papua Barat dalam kesempatan kemarin kembali mendesak polisi memeriksa saksi kunci. Mereka juga berharap polisi berkoordinasi dengan TNI karena diduga kecelakaan ini turut melibatkan oknum anggota TNI.

Baca Juga

"Polisi jangan sampai terjebak oleh keterangan saksi yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Jujur saja saya merasa kematian anak saya janggal. Ada dugaan berdasar luka-luka yang diderita sebelum meninggal, Vitra mungkin dianiaya meski pemicu awalnya adalah peristiwa kecelakaan. Apalagi ada fakta bahwa pengendara yang menabraknya dalam kondisi mabuk," kata Lisna yang juga adalah seorang jurnalis.

Lisna adalah jurnalis yang berdomisili di Manokwari. Ia warga asal Toraja. Sebelum hijrah ke Manokwari, Lisna tercatat memulai karier jurnalistiknya di Sulawesi Selatan.

Sementara itu Ketua Ikatan Keluarga Toraja Provinsi Papua Barat, Kornelius Mangalik, meminta agar proses hukum terhadap kasus ini tetap berlangsung adil dan profesional. Ia bersimpati pada upaya ibunda korban yang gigih memperjuangkan keadilan bagi anaknya dengan cara melaporkan peristiwa ini ke Polisi Militer dan terus mengawal perkembangan kasus ini di kepolisian.

"Ikatan keluarga Toraja Papua Barat mencermati kasus ini dan telah menerima laporan dari IKT Manokwari berdasarkan testimoni dari ibu korban. Kami juga memberi apresiasi kepada pegiat HAM Papua bapak Christian Warinussy yang bersuara agar proses peradilan kasus ini terus diusut tanpa pandang bulu," katanya dari Jakarta.

IKT PB juga meminta aparat hukum segera menangkap, mengadili dan menghukum pelaku sesuai undang-undang yang berlaku, serta meminta kepada Pangdam Kasuari agar memberi perhatian khusus terhadap kasus ini.

Dalam kasus ini, ada beberapa kejanggalan yang menurut Lisna mencurigakan. Misalnya pada luka di tubuh Vitra yang tidak tampak seperti luka kecelakaan lalu lintas.

Pada bagian dahi misalnya terdapat luka lebam yang memanjang seukuran jari kelingking orang dewasa dan bekas lebam lainnya yang lebih tampak seperti hantaman benda tumpul.

"Seandainya ia jatuh dan kepalanya terbentur dengan keras, luka yang diakibatkan seharusnya luka sobek atau lecet akibat terseret di aspal. Pada bagian belakang pinggangnya juga ada luka lebam yang sangat besar," ujarnya beberapa hari lalu seraya memperlihatkan gambar kondisi jenazah anaknya.

Di sisi lain, kronologis yang ia dapatkan dari pihak kepolisian sama sekali berbeda dengan informasi yang mereka dapatkan dari pihak lain yang beberapa saat sebelum peristiwa bersama-sama dengan Vitra.

Misalnya disebut bahwa korban mengendara dari arah Wosi, padahal yang terjadi adalah ia mengendarai motor menuju Wosi setelah beberapa saat beranjak darah Amban dan hendak pulang ke rumahnya di Sowi Gunung.

Meski mencoba tabah, Lisna tidak bisa menyembunyikan rasa kehilangan saat bertemu dengan wartawan di Manokwari. Saat peristiwa, ia hanya bisa menyaksikan anaknya terbaring kaku dengan darah yang mengucur dari hidung dan mulut disertai sejumlah luka lebam di tubuh.

Ironisnya, saat ia dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lisna justru dibegal, sepeda motornya dirampas.

Peristiwa nahas yang terjadi sekitar pukul 03.0O dinihari tepat di depan Toko Botak melibatkan sepeda motor Kawasaki KLX Hijau Hitam yang dikendarai Vitra dan Honda Scoopy merah hitam PB 4543 MU yang dikendarai seorang pria berinisial FE yang belakangan diketahui adalah oknum anggota TNI.

Aktivis HAM Papua yang juga adalah direktur eksekutif LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy, Senin (25/10/2021) menerangkan bahwa perhatian serta penanganan khusus patut diberikan. Sebab, kasus lakalantas dengan korban meninggal dunia itu diduga melibatkan oknum anggota TNI.

“Sebagai Advokat dan pembela HAM, saya menyerukan Kapolda Papua Barat agar memberikan supervisi maksimal kepada jajaran Polres Manokwari, untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan sesuai amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),” kata Warinussy dalam kutipan resminya.

Selain itu, mengenai perkara koneksitas dan demi memberikan rasa keadilan kepada keluarga korban, Warinussy meminta kepada Panglima Kodam XVIII/Kasuari, agar melibatkan jajaran Provos maupun Polisi Militer (PM) dalam konteks kerja sama sebagaimana amanat Pasal 91 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

Kepala Satuan Lalulintas (Kasat Lantas) Polres Manokwari Iptu Subhan Ohoimas mengaku, pihaknya akan berusaha melakukan yang terbaik dalam menangani kasus kecelakaan tersebut. Ia menegaskan pihaknya akan bekerja profesional.

“Kita akan proses kasus kecelakaan itu secara profesional, tidak akan ada yang ditutup-tutupi,” katanya.

Penulis : Chatrina Pakonglean
Editor : Muh. Syakir
#Warga Toraja Tewas Lakalantas #Manokwari
Berikan Komentar Anda