Editorial
SYL Panen Kritik di "Rumah Sendiri"
Mentan SYL menuai kritik dari para pedagang setelah surat edaran yang diterbitkan memicu kenaikan harga ayam. Bahkan ada desakan mundur.
MAKASSAR, PEDOMANMEDIA - Mentan Syahrul Yasin Limpo menuai kritik. Surat edaran yang ia teken Agustus lalu telah memicu kenaikan harga ayam potong.
Surat edaran itu sejatinya untuk menjaga stabilisasi harga di tingkat peternak. Agar harga ayam tak anjlok seperti awal 2020 lalu.
Tapi kebijakan ini tak berimbas komprehensif. Karena ada kelompok yang justru dirugikan. Kelompok pedagang ayam potong dan usaha mikro rumah makan terpuruk sejak kenaikan terjadi hampir 3 pekan.
SYL pun menuai banyak kritik. Kritik itu datang dari pedagang dan pengusaha rumah makan di Makassar. Mereka menilai Mentan tidak mengakomodir semua kepentingan. Ada yang untung. Tapi ada juga yang dibuat buntung.
Kebijakan Kementan ini juga dikhawatirkan akan memicu gejolak harga harga pangan. Pengamat melihat dalam rentang waktu tertentu ada efek domino yang akan muncul dari melambungnya harga ayam potong ini.
"Tentu saja ada karena itu saling terkait. Sekarang sebenarnya yang paling penting adalah memberi kepastian kepada pasar apa ujung dari kebijakan itu," begitu analisis yang disampaikan pengamat ekonomi Sjamsul Ridjal.
Analisis ini rasional. Kelihatan Kementerian Pertanian memang tak komprehensif. Mentan berupaya untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga ayam hidup di tingkat peternak agar harganya tidak jatuh. Tapi ini justru merugikan pedagang karena stok kurang dan harga naik.
Mentan fokus pada stabilisasi peternak. Tapi melupakan bahwa di tingkat pedagang ada kepentingan yang juga harus diakomodir. Ketika harga naik di pasar, ada kelompok kelompok yang dirugikan.
Ini yang luput dari Mentan. Ia lupa bahwa di antaranya pedagang ayam potong dan pengusaha mikro rumah makan mereka ini merasakan imbas paling rumit. Pedagang sulit untuk menaikkan harga karena ada kesenderungan justru pangsanya akan turun.
Tapi kalau bertahan dengan harga murah mereka rugi. Begitu juga rumah makan. Mereka ikut menjerit karena kenaikan harga ayam tidak bisa diikuti kenaikan harga makanan secara langsung. Akhirnya mereka pun mau tak mau menanggung rugi.
Mentan harusnya tak membiarkan situasi ini berlarut larut. Ini bisa menjadi ukuran kegagalan Mentan dalam menjalankan program ketahanan pangan.
Kritik terhadap Mentan pun dinilai wajar. Kalau masalah harga ayam saja tak mampu diatasi, bagaimana Mentan mau memberi solusi krisis pangan. Padahal menormalkan kembali harga ayam bukan hal yang sulit.
Lantas ada desakan mundur. Inipun dianggap tak berlebihan oleh publik. Karena itu konsekuensi pejabat publik yang bertanggung jawab terhadap stabilitas ekonomi.
Pedagang sudah memberi masukan mengatasi masalah ini. Diantaranya untuk menormalkan harga ayam, pemerintah bisa menempuh beberapa kebijakan. Salah satunya melakukan operasi pasar dengan melibatkan perusahaan-perusahaan besar.
Kedua pemerintah jangan tutup mata dengan semua ini. Selama ini masyarakat sudah cukup susah setelah pandemi hampir 7 bulan. Belum lagi kita tengah menghadapi ancaman resesi.
Jika harga tetap tak stabil sampai awal Oktober akan ada dampak luas pada stabilitas pangan.